Selain itu, di lokasi di Dusun Bendusa, Desa Jatisari tersebut juga ditemukan fitur batu berlubang, dan sebanyak tiga tempayan berukuran besar yang terbuat dari batu, dan 1 fragmen lumpang kecil yang terbuat dari batu, yang diduga merupakan Objek Diduga Cagar Budaya (ODCB).
"Diduga, temuan tersebut diindikasikan merupakan peradaban berkesinambungan zaman logam dengan kebudayaan megalitik hingga klasik Hindu Budha,"ujar Irwan Kurniadi, Ketua TCB-YMBS (Tim Cagar Budaya Yayasan Museum Balumbung Situbondo) , Senin (30/9/2024)
Menurut dia, sebetulnya ODCB di Dusun Bendusa tersebut pernah diobservasi pada tahun 2016 lalu. Saat itu, objek tersebut sebagian ditutupi semak belukar di musim hujan. Setelah sekian tahun, untuk mendata ulang, akhirnya tim pendataan ODCB dari BPK ( Balai Pelestarian Kebudayaan) Wilayah XI Jawa Timur turun ke Situbondo, untuk melakukan pendataan ODCB tersebut.
"Dengan didampingi bidang kebudayaan Dispendik Situbondo, dan TCB YMBS, BPK wilayah XI melakukan pendataan ODCB di Dusun Bendusa, Desa Jatisari, Kecamatan Arjasa,"ujar Irwan Kurniadi.
Sementara itu, Cresentia Zita Oktaviani, salah satu arkeolog BPK Wilayah XI Jawa Timur mengatakan, potensi kecagarbudayaan di Dusun Bandusa, Desa Jatisari terbilang bagus.
"Pola relief dengan dugaan pengerjaannya dengan alat logam cukup rapi dan bagus. Untuk sementara itu kami duga memiliki indikasi peradaban berkesinambungan megalitik- Hindu Budha,"ujar perempuan yang akrab dipanggil Osin.
Menurutnya, pihaknya belum sempat mengukur secara detail fitur batu berelief itu secara keseluruhan, mengingat dengan terbatasnya waktu.
"Yang pasti perlu penelitian lebih lanjut untuk analisis yang lebih akurat. Khusus temuan fitur batu berelief yang memanjang di dinding bukit cadas berorientasi ke Gunung Baluran. Ini menarik, karena pola relief tersebut belum ditemukan di tempat lain,"katanya.
Osin menegaskan, jika temuan ODCB kali ini berbeda dengan temuan yang dihasilkan di tempat lain. Sebab, dari bentuk batu yang sudah terpahat jauh lebih rapi dan tertata.
“Sejauh ini dugaan kami pahatan itu menandakan bahwa dilokasi tersebut telah tersentuh masa klasik peradaban Hindu-Budha,”ujarnya.
Lebih jauh Osin menjelaskan, jika pada masa megalitik ini banyak kehidupan masyarakat mulai mengenal logam. Benda ini pun digunakan untuk aktivitas sehari-hari, salah satunya membuat ukiran batu dengan menggunakan benda tersebut.
“Pengerjaan yang rapi ini dilakukan dengan menggunakan alat yang mumpuni, seperti logam,”ucapnya.
Osin mencontohkan, situs batu berlubang yang ada di hamparan bukit tanah kering itu terbentuk sangat rapi. Kemudian, dalam pembuatan lubang pada batu tersebut sangat sempurna. Selain dibuat dengan waktu tertentu, juga didukung dengan alat yang mumpuni.
“Kita lihat dari situs batu berlubang, itu bentuk lubangnya sangat sempurna. Terlihat adanya pahatan yang cukup luas terhampar di atas perbukitan, itu ada pahatan yang sangat rapi,”pungkasnya.(ary)